Pemulihan Fungsi Lingkungan pada Lahan Bekas Tambang untuk Meningkatkan Keberlanjutan Ekosistem

 

Malang, 28 September 2024. Program Studi S2 Pengelolaan Tanah dan Air (S2 PTA), Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya (UB) baru-baru ini mengadakan program diskusi dan pemaparan mengenai strategi pemulihan lingkungan pada lahan bekas tambang. Program ini menyoroti pentingnya upaya rehabilitasi lahan tambang sebagai bagian dari tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Dalam diskusi ini, para ahli menyampaikan teknik-teknik yang dapat digunakan untuk memperbaiki kondisi tanah dan ekosistem yang telah rusak akibat aktivitas pertambangan.

Materi yang disampaikan berfokus pada langkah-langkah praktis pemulihan lahan, yang mencakup pengolahan tanah, revegetasi, dan penggunaan mikroorganisme tertentu yang dapat mempercepat pemulihan ekosistem. Selain itu, disampaikan juga pentingnya pendekatan holistik yang melibatkan kolaborasi antara perusahaan tambang, pemerintah, dan masyarakat sekitar agar proses rehabilitasi lahan bekas tambang dapat memberikan hasil yang berkelanjutan.

Dalam rangkaian kegiatan ini, peserta dari kalangan akademisi, praktisi, dan mahasiswa berkesempatan berdiskusi mengenai tantangan dan peluang dalam pemulihan lahan tambang, termasuk pendekatan teknologi terkini yang ramah lingkungan.

KERJASAMA UNIVERSITAS BRAWIJAYA DALAM KEGIATAN EKSPLORASI KARST BERSAMA INSTITUTE OF GEOCHEMISTRY, UNIVERSITY OF CHINESE ACADEMY OF SCIENCE

Oleh: Wirda Azzahra

Universitas Brawijaya (UB) telah memulai kolaborasi yang signifikan dengan Institute of Geochemistry, Chinese Academy of Science (IGCAS) dalam bidang eksplorasi karst. Kerjasama ini menandai langkah besar dalam pengembangan penelitian geosains di kawasan karst. Kawasan karst adalah salah satu jenis wilayah yang memiliki formasi geologi yang unik karena kekayaan mineral, keanekaragaman hayati, dan dinamika ekosistem yang spesifik.

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2024 hingga 11 Agustus 2024 yang diawali dengan survei bersama oleh perwakilan dari masing-masing universitas. Tim gabungan dari UB dan IGCAS melakukan survei lapangan di berbagai lokasi karst dimulai dari wilayah Kabupaten Malang bagian selatan hingga Pacitan, Jawa Timur yang terdiri dari 4 Stop Site yaitu: (1) Parangdowo karst; (2) Area sungai, nipah, dan hutan; (3) Museum karst Song Terus; dan (4) Goa Gong.

Tujuan dari kerjasama ini adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang karakteristik geokimia kawasan karst di Indonesia. Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk memetakan karakterisasi formasi karst secara rinci, menilai dampak aktivitas manusia dan perubahan iklim terhadap ekosistem karst, serta meningkatkan kualitas dari kedua institusi melalui program pertukaran pengetahuan. Kerjasama ini diharapkan akan menghasilkan temuan ilmiah yang dapat bermanfaat bagi pengelolaan sumber daya alam dan strategi perlindungan yang efektif terhadap ekosistem karst secara berkelanjutan.

 

KKN dan Pengabdian kepada Masyarakat FP UB: Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah

Ditulis oleh: Syarla Laili Nur Afifah

Desa Tegalasri, 21 Juli 2024 – Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB) mengadakan sosialisasi Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan tema Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah di Desa Tegalasri. Acara ini dihadiri oleh Kepala Kecamatan Wlingi, Kepala Desa Tegalasri Ibu Retnoningsih, dosen pembimbing lapang Dr. Reni Ustiatik, S.P., M.P., serta masyarakat desa setempat.

Dalam sambutannya, Bapak Suwito S.Sos., M.Si. selaku Kepala Kecamatan Wlingi menyampaikan apresiasi dan dukungannya terhadap program KKN ini. “Kegiatan ini sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan petani di Desa Tegalasri. Pemanfaatan keanekaragaman hayati untuk pembuatan pupuk organik, kita bisa meningkatkan kesuburan tanah secara alami dan berkelanjutan,” ujar Bapak Suwito.

Kepala Desa Tegalasri, Ibu Retnoningsih, juga menyampaikan harapannya agar program ini dapat membawa perubahan positif bagi desa. “Kami sangat berterima kasih kepada mahasiswa UB yang telah memilih Desa Tegalasri sebagai lokasi KKN. Kami berharap dengan adanya program ini, para petani di desa kami dapat memanfaatkan sumber daya alam yang ada untuk meningkatkan produktivitas pertanian,” kata Retnoningsih.

Dr. Reni Ustiatik, selaku dosen pembimbing lapang, menjelaskan pentingnya penggunaan pupuk organik dalam pertanian. “Pupuk organik tidak hanya meningkatkan kesuburan tanah, tetapi juga membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan kesehatan tanaman. Melalui pemanfaatan keanekaragaman hayati, kita dapat menghasilkan pupuk organik yang efektif dan ramah lingkungan,” jelas Dr. Reni.

Gambar 1. Pemaparan Terkait Pentingnya Penggunaan Pupuk Organik dalam Pertanian kepada Masyarakat dan Petani di Desa Tegalasri, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar

Sosialisasi ini memaparkan materi dan juga menampilkan demonstrasi langsung pembuatan pupuk organik oleh Dr. Reni Ustiatik, S.P., M.P., Ristika Suci Aryadi, Jingga Anggreina, Moch Dwi Kurniawan, Muhammad Bara, dan Muhammad Rizky Faudzan dengan memanfaatkan bahan-bahan alami seperti limbah rumah tangga yang mudah ditemukan di sekitar desa. Masyarakat dan petani diberikan pelatihan dan panduan langkah demi langkah tentang cara membuat pupuk organik sendiri, mulai dari pengumpulan bahan, proses fermentasi, hingga aplikasi di lahan pertanian. Ada juga pemaparan materi mengenai “Identifikasi Permasalahan dan Upaya dalam Meningkatkan Produktivitas Kopi di Desa Tegalasri” oleh Callista Fransisca Tulus dan Islamay Nor Azreil Larizky serta pemaparan materi “Interpretasi Peta Kesesuaian Lahan di Desa Tegalasri” oleh Edward Marcianus dan Muhammad Farel yang kemudian dilanjutkan sesi tanya jawab.

Gambar 2. Proses Pembuatan Pupuk Organik oleh Dr. Reni dan Mahasiswa KKN Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya dengan Memanfaatkan Limbah Rumah Tangga

Gambar 3. Diskusi Interaktif dengan Masyarakat dan Petani Desa Tegalasri

Acara ini mendapat respon positif dari masyarakat desa yang sangat antusias untuk belajar dan menerapkan teknik pembuatan pupuk organik. Banyak masyarakat yang penasaran mengenai pupuk organik ini terutama mengenai pupuk vermikompos. 

Dengan adanya sosialisasi ini, diharapkan mahasiswa dan masyarakat Desa Tegalasri dapat bersinergi dalam memanfaatkan keanekaragaman hayati untuk meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas pertanian yang berkelanjutan.

Gambar 4. Mahasiswa KKN Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Gambar 5. Tim Pengabdian Masyarakat FP UB dan Warga yang Berpartisipasi

Pemanfaatan Limbah Organik Blotong dan Jerami Padi, KKN FP UB Laksanakan Pemberdayaan Petani Desa Ngasem Melalui Pelatihan Pembuatan Kompos

Oleh: Dr. Kurniawan Sigit Wicaksono, SP., MSc.

Desa Ngasem, 12 Juli 2024 – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) kelompok Desa Ngasem, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP UB) melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat di Desa Ngasem melalui pelatihan pembuatan kompos. Pelatihan ini bertujuan untuk memanfaatkan berbagai bahan sisa seperti kotoran kambing, Jerami, dan blotong yang melimpah di desa tersebut. Kegiatan ini diadakan pada tanggal 12 Juli 2024 dengan dosen pembimbing KKN Desa Ngasem oleh Dr. Kurniawan Sigit W., SP.,MSc.  dan Dr.  Darmawan Saptadi, SP.,MP.  Dalam koordinasi awal dengan mahasiwa KKN, dosen pembimbing menyampaikan bahwa pembuatan pupuk kompos harus menyesuaikan ketersediaan bahan local setempat yang melimpah. Hal ini penting agar biaya pembuatan pupuk kompos menjadi murah dan terjangkau masyarakat setempat karena pupuk kompos ini sifatnya adalah pemanfaatn limbah organic.

Kegiatan dibuka oleh Kepala Desa Ngasem dan turut dihadiri oleh petugas dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). Pelatihan ini diikuti oleh petani (anggota kelompok tani) dan warga Desa Ngasem yang antusias untuk belajar cara memanfaatkan limbah organik menjadi pupuk kompos. Dalam pelatihan ini, para peserta diajarkan teknik-teknik pembuatan kompos yang efektif dan efisien, dengan tujuan untuk mengembalikan kesuburan tanah dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. Bahan pembuatan kompos selain limbah organic, juga ditambahkan bahan lain sperti cangkang telur, molase, dan EM 4 sebagai starter.

Dalam kesempatan ini mahasiswa KKN FP UB menyampaikan bahwa penggunaan kompos dari bahan-bahan organik ini dapat memberikan banyak manfaat bagi tanah dan tanaman. “Kompos dari kotoran kambing, blotong, cangkang telur, dan molase sangat baik untuk meningkatkan kesuburan tanah dan menyediakan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Selain itu, ini juga merupakan cara yang ramah lingkungan untuk mengelola limbah organik,” ujarnya.

Selain itu, petugas dari BPP juga menambahkan bahwa pelatihan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pertanian berkelanjutan. “Dengan memanfaatkan bahan-bahan organik yang melimpah di sekitar kita, kita bisa mengurangi penggunaan pupuk kimia yang berpotensi merusak lingkungan. Ini adalah langkah kecil namun penting untuk pertanian yang lebih berkelanjutan,” jelasnya.

Selama pelatihan, peserta diajak untuk langsung mempraktikkan cara pembuatan kompos dari bahan-bahan yang telah disediakan. Mereka belajar cara mencampur kotoran kambing, blotong, cangkang telur yang dihancurkan, dan molase serta EM 4 dengan proporsi yang tepat. Proses fermentasi dan cara penerapan kompos di lahan pertanian juga dijelaskan secara rinci.

Salah satu peserta pelatihan, petani setempat mengungkapkan rasa syukurnya atas pelatihan ini. “Saya sangat berterima kasih kepada mahasiswa dan dosen dari UB yang sudah memberikan pelatihan ini. Sekarang saya bisa membuat pupuk sendiri dari bahan-bahan yang ada di sekitar saya. Semoga hasil panen kami bisa lebih baik dan tanah kami lebih subur,” katanya.

Kegiatan KKN ini merupakan bagian dari upaya Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya untuk berkontribusi dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Dengan adanya pelatihan seperti ini, diharapkan masyarakat Desa Ngasem dapat lebih mandiri dalam mengelola pertanian mereka dan mendapatkan hasil yang lebih baik tanpa tergantung pada pupuk kimia.

Gambar 1. Pembukaan pelaksanaan program kerja KKN FP UB berupa pelatihan pembutan kompos oleh Kepala Desa Ngasem

Gambar 2. Pelatihan pembutan kompos oleh mahasiswa KKN FPUB berupa pencampuran bahan-bahan kompos meliputi Jerami, kotoran kambinig, blotong, molase, dan cangkang telur.

Gambar 3. Penyerahan hasil pembuatan kompos (dalam bentuk kompos bag)  kepada petani Desa Ngasem, Kecamatan Ngajum, kabupaten Malang

KKN dan Pengabdian kepada Masyarakat FP UB: Sekolah Lapang Pengembangan Strategi dan Potensi Ekowisata serta Pendampingan Pembentukan POKDARWIS di Desa Tegalasri, Wlingi, Blitar

Oleh: Dr. Yulia Amirul Fata, ST., MSi.

Blitar, 20 Juli 2024 – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya menggelar sosialisasi berbasis sekolah lapang dengan fokus pada Pengembangan Strategi dan Potensi Ekowisata serta Pendampingan Pembentukan Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) di Desa Tegalasri. Acara ini dihadiri oleh Kepala Desa Tegalasri, Ibu Retnoningsih serta Dosen Pembimbing Lapang Dr. Yulia Amirul Fata, S.T., M.Si.

Dalam sambutannya, Ibu Retnoningsih menyampaikan harapannya agar program KKN ini dapat memberikan manfaat nyata bagi desa. “Kami sangat menyambut baik inisiatif mahasiswa UB yang akan membantu kami mengembangkan potensi ekowisata desa. Dengan dukungan akademis dan semangat muda, kami optimis Desa Tegalasri bisa menjadi destinasi ekowisata unggulan,” ujar Retnoningsih.

Dr. Yulia Amirul Fata, selaku dosen pembimbing lapang menjelaskan pentingnya pengembangan ekowisata yang berkelanjutan. “Ekowisata bukan hanya tentang keindahan alam, tetapi juga tentang menjaga lingkungan dan memberdayakan masyarakat setempat. Mahasiswa akan dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan untuk merancang program ekowisata yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” jelas Dr. Yulia.

Rizky Faudzan selaku koordinator desa KKN, memaparkan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan selama program KKN berlangsung. “Ekowisata merupakan bidang paling potensial, dimana banyak masyarakat di Indonesia ini membutuhkan tempat untuk menenangkan diri dari hiruk pikuk kesibukannya. Ekowisata dapat menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat Desa Tegalasri.” Ungkap Rizky. 

Acara sosialisasi ini juga diisi dengan beberapa pemaparan materi dengan judul “Optimalisasi dan Perumusan Potensi Ekowisata oleh Nurul Aisyah Suherman dan Dyah Ajeng Ramadhani, “Pendampingan Inisiasi Pembentukan POKDARWIS Desa Tegalasri oleh Alfian Filiyah Putri dan Muhammad Rizky Faudzan, dan “Partisipasi Stakeholder dalam Ekowisata Desa Tegalasri” oleh Dr. Yulia Amirul Fata, S.T., M.Si. dan Argya Baswara. 

Sekolah lapang dilaksanakan melalui diskusi kelompok dimana dibentuk 3 kelompok untuk mendiskusikan tindak lanjut dari materi yang sudah disampaikan. Setelah itu setiap kelompok masyarakat dibantu dengan pendamping menyampaikan aspirasi dan saran terkait pengembangan ekowisata yang kemudian dipresentasikan. Antusiasme masyarakat terlihat dari banyaknya saran dan usulan yang diajukan, menunjukkan dukungan penuh terhadap inisiatif ini.

Ekowisata di Desa Tegalasri saat ini terdiri dari wisata religi yaitu Kolam Renang Sinyo Kamulyan, wisata edukasi yaitu TPA Tegalasri, dan wisata alam yaitu Puncak Sekawan.  Beberapa usulan potensi ekowisata yang disampaikan dari sekolah lapang berupa edukasi pengolahan sampah di TPA Dusun Caruban, edukasi pengolahan gula merah, wisata cafe sawah, pengembangan wisata edukasi yang menggandeng UMKM lokal, perkebunan buah, dan area bermain sungai di Sumberarum. 

Berdasarkan diskusi bersama terbentuk tokoh masyarakat yang bersedia untuk diusulkan sebagai anggota POKDARWIS yang akan diusulkan ke Kepala Desa Tegalasri dan Dinas Pariwisata Kota/Kab Blitar untuk berkomitmen dalam pengembangan ekowisata di masa yang akan datang.

Berikut ini merupakan ekowisata yang ada di Desa Tegalasri: Kolam renang Sinyo Kamulyan, TPA Tegalasri, dan Puncak Sekawan.

Dengan adanya sosialisasi berbasis sekolah lapang ini, diharapkan mahasiswa dan masyarakat Desa Tegalasri dapat bersinergi dalam mengembangkan ekowisata yang berkelanjutan dan memberikan dampak positif bagi perekonomian desa.