Pembuatan Pupuk Organik Cair dalam Rangka Pengabdian Masyarakat Bersama Kelompok Masyarakat Sadar Wisata (Pokdarwis) Tlatar Seneng di Tebing Breksi, Sleman DIY
Oleh: Alfiani Imarotin Nisa
Masalah kesehatan tanah seringkali muncul di berbagai lokasi di Indonesia dan memengaruhi produktivitas lahan dalam menunjang perekonomian masyarakat sekitar. Di Tebing Breksi, Sleman, ditemukan masalah berupa pH tanah yang sangat masam (2,5-3) yang menyebabkan keterbatasan penggunaan lahan terutama dalam bidang pertanian. Berbagai langkah penanganan diusulkan hingga menemukan solusi yang dinilai efektif dalam meningkatkan pH tanah namun tetap ramah lingkungan dan berkelanjutan, seperti pengaplikasian pupuk organik cair (POC). Pupuk organik cair (POC) merupakan larutan hasil dari pembusukan bahan-bahan organik yang dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang mengandung lebih dari satu jenis unsur. Pengaplikasian POC selain dapat menyediakan unsur hara bagi tanaman juga dapat memperbaiki sifat kimia dan fisik tanah, fungsi biologis, dan struktur tanah dengan cara meningkatkan kandungan bahan organik tanah, meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah, meningkatkan agregasi tanah, hingga mengatur pH tanah dengan melepas senyawa yang dapat menetralkan keasaman tanah.
Pengaplikasian POC juga dipilih oleh masyarakat di Tebing Breksi, Sleman sebagai solusi dari permasalahan tanah masam, namun dalam pelaksanaannya muncul masalah baru dari sektor ekonomi. Hal ini terjadi karena kebutuhan POC dipenuhi dengan membelinya pada pihak lain. Untuk menjawab permasalahan ini, tim pusat studi lahan terdegradasi Universitas Brawijaya mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat di Tebing Breksi, Sleman pada 22 Desember 2023 yang bekerja sama dengan kelompok masyarakat sadar wisata (Pokdarwis) Tlatar Seneng. Pada kegiatan pengabdian yang berjudul “Diseminasi dan Adopsi Teknologi Reklamasi Lahan Pasca Tambang untuk Peningkatan Ekonomi Penduduk Setempat” ini terdapat kegiatan pembuatan POC yang memanfaatkan limbah MCK. Pembuatan POC ini diawali dengan melakukan fermentasi limbah MCK selama seminggu pada timba/ember plastik, lalu menambahkan campuran air kelapa, EM4 serta gula merah, dan mengaduknya hingga tercampur sempurna. Terakhir, timba/ember plastik ditutup dengan rapat dan dibuka setiap 3-5 hari sekali untuk mengeluarkan gas di dalamnya. Proses ini dilakukan selama 3 minggu hingga larutannya menjadi berwarna kuning kecoklatan, terdapat bercak-bercak putih di permukaan, tidak terdapat belatung dan berbau menyengat seperti aroma tapai.
Antusiasme yang tinggi dari masyarakat yang hadir tercermin dalam partisipasi aktif selama proses produksi POC hingga akhir kegiatan pengabdian. Selain pembuatan POC, kegiatan lainnya seperti pendemonstrasian uji sifat kimia secara cepat juga disampaikan pada kegiatan pengabdian tersebut. Kegiatan pengabdian ini tidak hanya berfokus pada menciptakan solusi berkelanjutan untuk masalah pH tanah yang mendesak, tetapi juga membekali masyarakat setempat dengan pengetahuan dan keterampilan untuk melanjutkan praktik ini dalam jangka panjang. Keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan POC bertujuan menciptakan dampak jangka panjang terhadap pertumbuhan ekonomi secara positif sehingga tercipta kemandirian dalam pengelolaan lokasi di sekitar Tebing Breki, Sleman.